We play these parlour games/ We play at make believe/ When we get to the part where I say that I’m going to leave/ Everybody loves a happy ending but we don’t even try/ We go straight past pretending/ To the part where everybody loves to cry….Indoor fireworks-Elvis Costello

Teleponku berdering, tapi awas jangan diangkat. Kau yang pernah dengan sengaja diam-diam membuka phonebook ku, membuka kotak masuk dan panggilan terakhir padaku. Betapa curiganya kau padaku? Dua buah bulir matamu, hitam bulat, berkaca-kaca dibalik lensa kacamata?

Kita tengah duduk di kursi masing-masing, tidak berlapis beledru, tidak di sebuah lobby dengan diorama kota, orang-orang yang bergegas, supir truk sampah, ibu-ibu pengayuh sepeda yang kau bilang terlalu eksotik untuk dinyatakan sebagai kehidupan nyata di tengah ruang kota yang hiruk pikuk, pengendara-pengendara motor dan pejalan kaki yang melangkah secepat mungkin menghindari seseorang yang melintas mengenali.

Di tahun yang sama, pada jam yang berdentang 8 kali, pada cuaca teduh sehabis hujan, pada trotori yang langket oleh aroma jejak jejak sepatu, kita bercengkrama tentang sebuah harapan di tahun yang akan datang.

“Bah, aku bosan tak ada pasti”, katamu

Baiklah, kita pulang saja dan membatalkan semua rencana